KOMPONEN DAN PENILAIAN PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE
Komponen-Komponen Whole language.
Menurut Routman dan Froese ( dalam Puji Santosa,dkk,1991) ada delapan komponen pendekatan whole language yaitu reading aload, journal writing, sustained silent reading, shared reading, guided reading, independent reading, dan independent writig sesuai definisi pendekatan whole language yaitu pendekatan yang menyajikan pembelajaran secara utuh dan tidak terpisah-pisah maka dalam menerapkan setiap komponen harus melibatkan semua keterampilan dan unsur bahasa dalam kegiatan pembelajaran. Adapun komponen-komponen tersebut adalah :
a. Reading Aloud.
Reading Aloudadalah kegiatan membaca yang dilakukan guru untuk siswanya. Kegiatan ini dapat dilakukan guru dengan membacakan cerita dengan suara keras, intonasi yang tepat sehingga peserta didik dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Dengan reading loud, guru memberikan contoh membaca yang baik pada siswanya.
b. Jurnal Writing (menulis jurnal)
Jurnal
Writing adalah
komponen yang aman bagi peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya,
menceritakan kejadian di sekitarnya, membeberkan hasil belajarnya dan
menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Tugas guru adalah mendorong siswa agar
mau mengungkapkan cerita yang dimilikinya.Manfaat jurnal writing 1) meningkatkan keterampilan menulis. Dengan menulis jurnal, siswa akan terbiasa mengungkapkan pikirannya dalam
bentuk tulisan dan ini berarti pula membantu mengembangkan keterampilan siswa
dalam menulis, 2) Meningkatkan keterampilan membaca. Secara spontan siswa akan
membaca hasil tulisannya sendiri setiap ia selesai menulis jurnal.Dengan cara
ini tanpa disadari siswa juga melatih keterampilan membacanya. Dengan demikian,
menulis jurnal dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. 3) Menumbuhkan
keberanian menghadapi risiko. Karena menulis jurnal bukanlah kegiatan yang
harus dinilai, siswa tidak perlu takut terhadap kesalahan dalam menulis.
Kegiatan menulis ini sekaligus dapat digunakan sebagai sarana bereksplorasi, 4)
Memberi kesempatan untuk membuat refleksi. Melalui jurnal siswa dapat
merefleksi semua yang telah dipelajarinya atau dilakukannya, 5) Memfalidasi
pengalaman dan perasaan pribadi. Siswa dapat menulis apa saja pengalaman yang
dialaminya, baik pengalaman di sekolah maupun pengalaman di luar sekolah. Semua
pengalaman itu dapat diungkapkanya melalui tulisan dalam jurnal, 6) Memberikan
tempat yang aman dan rahasia untuk menulis. Bagi siswa, terutama siswa kelas
tinggi, jurnal adalah sarana untuk mengungkapkan perasaan pribadi. Jurnal ini
sering juga disebut diary atau buku harian. Untuk jurnal jenis ini,
siswa boleh memilih apakah guru boleh membaca
jurnalnya atau tidak, 7) Meningkatkan keterampilan berpikir. Dengan
meminta siswa menulis jurnal, berarti melatih mereka malakukan proses berpikir,
mereka berusaha mengingat kembali, memilih kejadian mana yang akan diceritakan,
dan menyusun informasi yang dimiliki menjadi cerita yang dapat dipahami
pembaca. Dengan membaca jurnal, guru mengetahui kejadian atau materi mana yang
berkesan dan dipahami siswa dan mana bagian yang membuatnya bingung, 8)
Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis. Melalui menulis jurnal, siswa
belajar tata cara menulis seperti pengunaan huruf besar, tanda baca, dan
struktur kalimat (tata bahasa). Siswa juga mulai menulis dengan menggunakan
topik, judul, halaman, dan subtopik. Mereka juga menggunakan bentuk tulisan
yang berbeda seperti dialog (percakapan), dan cerita bersambung. Semua ini
diajarkan tidak secara formal. 9) Menjadi alat evaluasi. Siswa dapat melihat
kembali jurnal yang ditulisnya dan menilai sendiri keterampilan menulisnya.
Mereka dapat melihat komentar atau respon guru atas kemajuannya. Guru dapat
menggunakan jurnal sebagai sarana untuk menilai keterampilan berbahasa anak di
samping juga penguasaan materi dan gaya penulisan, 10) Menjadi dokumen
tertulis. Jurnal writing dapat digunakan siswa sebagai dokumen tertulis
mengenai perkembangan hidup atau pribadinya. Setelah dewasa, mereka dapat
melihat kembali hal-hal yang pernah mereka anggap penting pada waktu dulu.
Uraian di atas mengimplikasikan besarnya pengaruh dan manfaat menulis jurnal
jika diterapkan di dalam kelas. Memang hal ini terlihat berat bagi guru yang
mempunyai kelas besar. Dapat dibayangkan betapa repotnya jika guru setiap hari
harus memberi komentar atau respon terhadap setiap jurnal yang ditulis oleh
siswa. Namun, guru dapat menyiasati sendiri, bagaimana yang terbaik ketika
menerapkan kegiatan ini. Bisa saja misalnya, tidak setiap hari guru memberi
komentar atau respon pada setiap anak. Guru dapat membagi siswa dalam kelompok
dan dapat memberi komentar atau respon perkelompok secara bergantian. Dengan
demikian, guru tidak perlu menghabiskan waktu untuk merespon jurnal siswa. Ini
adalah satu untuk contoh membagi waktu dalam memberi respon. Guru sendiri dapat
mencari alternatif lain yang dirasa terbaik diterapkan pada situasi dan kondisi
sekolahnya.
c.
Sustained
Silent Reading
Sustained
Silent Reading adalah kegiatan peserta didik membaca dalam hati. Dalam hal ini mereka
diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibacanya.
Oleh karena itu guru sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarik dari
berbagai buku atau sumber sehingga memungkinkan siswa memilih materi bacaan.
Guru dapat memberi contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat meningkatkan keterampilan membaca
dalam hati untuk waktu yang cukup lama.
d.
Shared
Reading
Shared Reading
adalah kegiatan membaca bersama
antara guru dan peserta didik, dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang
dibacanya. Kegiatan ini dapat dipadukan dengan melibatkan keterampilan lain
seperti berbicara dan menulis agar menjadi kegiatan yang utuh dan riil.
Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas rendah maupun di kelas tinggi.
e.
Guided
Reading ( membaca terbimbing)
Semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama.
Dalam kegiatan ini guru menjadi pengamat dan fasilitator. Guru mengajukan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan
kritis. Dalam membaca terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu
sendiri, tetapi lebih pada membaca pemahaman.
f.
Guided
Writing (menulis terbimbing)
Peran guru adalah sebagai fasilitator membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan
bagaimana menulis dengan jelas, sistimatis dan menarik. Guru bertindak sebagai
pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Proses writing, seperti memilih topik, membuat
draf, memperbaiki dan mengedit dilakukan sendiri oleh siswa.
g. Independent Reading (membaca bebas)
Kegiatan membaca, di mana siswa diberi kesempatan untuk menentukan sendiri materi
yang ingin dibacanya. Membaca bebas merupakan bagian integral dalam whole language. Dalam independen reading siswa bertanggung
jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru berubah dari
pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi pengamat, fasilitator dan
pemberi respons.
h.
Independent Writing (menulis bebas)
Bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, kebiasaan menulis, dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung jawab penuh dalam menulis. Contoh menulis jurnal, dan menulis respons.
Ciri- Ciri Kelas Whole Language
a. Kelas whole
language penuh dengan barang cetakan. Barang-barang tersebut tergantung di
dinding, pintu dan furniture. Hasil
karya siswa menghiasi dinding dan bulletin
board
Salah
satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan yang dilengkapi dengan berbagai
jenis buku seperti majalah, koran, kamus, buku petunjuk dan berbgai barang
cetak lainnya.
b.
Di
kelas whole language siswa belajar
melalui contoh atau model. Guru dan peserta didik bersama-sama melakukan
kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Over head Projector (OHP) dan transparansi digunakan untuk
memperagakan proses menulis.
c.
Di
kelas whole language siswa bekerja
dan belajar sesuai dengan tingkat keterampilannya. Di kelas tersedia buku dan
materi yang menunjang, dan disusun berdasarkan tingkat keterampilan membaca
mereka.
d.
Peserta
didik berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai
fasilitator dan mereka mengambil alih beberapa tanggung jawab yang biasanya
dilakukan oleh guru. Mereka mengumpulkan kata, melakukan brainstorming dan mengumpulkan fakta.
e.
Peserta
didik terlibat aktif dalam pembelajaran bermakna. Mereka secara aktif terlibat
dalam kegiatan pembelajaran yang membantu mengembangkan rasa tanggung jawab dan
tidak tergantung. Mereka terlibat dalam kegiatan kelompok kecil atau kegiatan
individual.
f.
Peserta
didik berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen. Hasil tulisan mereka
dipajang tanpa koreksi. Guru tidak mengharapkan kesempurnaan yang penting
respons dari mereka dapat diterima. Dengan demikian mereka dipacu untuk
melakukan yang terbaik.
g.
Peserta
didik mendapat balikan (feedback) positif
baik dari guru maupun temannya. Pemberian balikan dilakukan dengan segera.
Mereka diberi kesempatan melakukan penilaian diri, melihat perkembangan diri.
Mereka yang mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan respons positif dari
guru dan temannya. Hal ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta
didik.
Dari komponen-komponen dan ketujuh
ciri kelas whole language tersebut
dapat kita lihat bahwa siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran. Mereka juga bebas bereksperimen sebagai contoh dalam
jurnal writing, siswa memiliki kesempatan mengungkapkan perasaannya,
menuliskan pengalamannya dan membeberkan hasil belajarnya lewat tulisan. Dalam
kegiatan ini siswa
memiliki kesempatan untuk berkembang sesuai keterampilannya, dan terlatih untuk
meningkatkan keterampilan menulisnya.
Dalam kegiatan
menulis jurnal, guru tidak menilai jurnal yang ditulis siswa, melainkan guru
berkewajiban membaca dan memberi respon atau komentar terhadap tulisan tersebut
sehingga ada dialog antara guru dan siswa. Banyak manfaat yang dapat diperoleh
dari kegiatan menulis jurnal.
Dalam Reading aload siswa mendapatkan contoh membaca yang baik serta intonasi yang
tepat dari model dalam hal ini guru. Dengan menyimak dengan baik siswa memiliki
pengetahuan membaca dan berbicara yang benar dan dapat dijadikan sebagai bahan
untuk meningkatkan keterampilan menulisnya.
Begitu pula
dalam independent writing, siswa memiliki kesempatan meningkatkan keterampilan kebiasaan
menulis serta meningkatkatkan keterampilan berpikir kritis secara bebas tanpa
ada tekanan ataupun paksaan. Siswa menentukan sendiri apa yang mau ditulis.Kebiasaan menulis, dapat melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan
menulis.
Dalam guided reading siswa dapat berdiskusi membahas tentang bacaan yang
sama. Dalam kegiatan ini guru bukan pemberi informasi melainkan sebagai
pengamat dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing penekanannya bukan dalam
cara membaca itu sendiri, tetapi lebih pada membaca pemahaman. Guru melemparkan
pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis. Kegiatan ini dapat
melatih keterampilan berbicara dan keterampilan menulis.
Kelas whole language juga penuh dengan hasil karya peserta didik. Dengan
memajang hasil karya mereka akan menumbuhkan rasa percaya diri sebab mereka
mendapatkan apresiasi dari hasil karya mereka . Guru tidak lagi berdiri di depan kelas, melainkan
berkeliling kelas mengamati dan mencatat kegiatan siswa. Dengan demikian pembelajaran dalam kelas whole language berlangsung menyenangkan dan dalam suasana yang kondusif,
sehingga memungkinkan siswa untuk
bebas berekspresi dan berkreasi sesuai keterampilannya.
Penilaian Dalam Kelas Whole Language
Penilaian dilakukan secara informal, guru memperhatikan
kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, saat siswa bermain, dan ketika
bercakap-cakap dengan guru maupun dengan teman-temannya. Disamping penilaian
informal guru juga melakukan penilaian, format observasi, catatan anecdote, dan portofolio. Portofolio
adalah kumpulan hasil karya siswa selama kegiatan pembelajaran. Dengan
portfolio perkembangan siswa dapat terlihat secara otentik. Dengan kata lain, dalam kelas whole language guru memberikan penilaian
pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar